- Back to Home »
- Menarik , Teknologi »
- Perang Teknologi Apple & Google
Kali ini, saya akan membahas tentang persaingan Apple dengan Google dalam dunia teknologi. Sebelumnya, dalam konteks 'perang gadget' Apple berada di atas angin
terhadap Samsung, karena menang dalam pengadilan di Amerika Serikat
(AS). Namun ternyata keunggulan itu tidak berlangsung lama. Apple
ternyata menguji coba
aplikasi maps mereka pada iOS 6, update sistem
operasi gadget terbaru mereka.
Uji coba itu dilakukan untuk
menggantikan Google maps, yang selama ini adalah aplikasi maps default
di iOS. Dalam rilis Apple maps itu, ternyata banyak keluhan dari user.
Banyak lokasi yang dianotasi dengan keliru, dan berpotensi menyebabkan
pengguna maps tersesat.
CEO Apple Tim Cook pun sampai meminta
maaf karena Apple maps pada iOS 6 tidak bekerja dengan baik. Selain itu,
Tim Cook juga mempersilakan user untuk menggunakan Google maps pada web
browser safari pada iOS.
Mengapa Apple begitu 'ngotot'
menggantikan Google maps, yang merupakan aplikasi yang sudah sangat
teruji, dengan aplikasi buatan mereka sendiri yang belum teruji?
Strategi Perang Termonuklir Apple
Sekadar reminder,
Apple memiliki kebencian dan dendam kesumat terhadap Google. Apple
menuduh bahwa Android besutan Google adalah curian. Tuduhan yang
sebenarnya absurd, karena Google membeli Android dari perusahaan open
source, dan kernel Android sendiri adalah Linux, yang merupakan produk
open source besutan Linus Torvalds
Adapun inilah strategi Apple untuk menghadapi Google:
1.
Menyeret sekutu bisnis Google ke pengadilan. Android adalah open
source, tidak mungkin didispute oleh Apple karena tidak bisa dipatenkan.
Namun user android, seperti Samsung, yang dapat dituntut.
2. Mengembangkan software sendiri untuk gantikan toolbox dan aplikasi buatan Google.
Konteks
mengganti Google maps dengan aplikasi maps buatan sendiri adalah
implikasi dari perang termonuklir poin kedua. Dari informasi yang kami
peroleh, Apple tidak hanya berencana mengembangkan aplikasi maps, namun
bahkan lebih jauh lagi.
Mereka sedang mengembangkan search
engine mandiri, dan aplikasi Siri pada iOS adalah semacam 'intermediate'
untuk mencapai produk search engine itu. Apple juga bersekutu dengan
Twitter, dan mengintegrasikan Twitter ke dalam iOS dan MacOSX terbaru
mereka, dalam rangka menghadang ekspansi Google+. Apple juga
habis-habisan mengembangkan layanan cloudnya sendiri, dalam rangka
menghadang Google drive.
Tentu saja, keinginan Apple untuk
menggantikan semua layanan Google pada platform mereka sah-sah saja.
Namun, kasus Apple maps, dimana banyak user yang mengeluh. Adalah
pelajaran yang sangat berharga.
Di dalam dunia IT, bahkan sebuah
produk software jika memasuki tahap beta sekalipun tidak boleh memiliki
bugs sefatal itu. Hal ini yang sebaiknya mendorong Apple untuk
mempertimbangkan kembali hubungan kerjasamanya dengan Google.
Sinergi Jerman & Perancis
Hubungan
diplomatik antara Jerman dan Prancis dapat menjadi pelajaran bagi Apple
dan Google. Selama ratusan tahun, Jerman dan Prancis terlibat dalam
berbagai konflik bersenjata. Mulai dari Perang Napoleon, Perang Dunia I,
dan Perang Dunia II. Namun, pada akhirnya, mereka bekerja sama dalam
pemerintahan Uni Eropa di Brussel.
Semua dalam rangka
menghindari terjadinya kembali perang di Eropa. Mereka juga bersama-sama
membangun Euro zone, yang sayangnya agak bermasalah sekarang ini.
Selain itu, Jerman biasanya mendukung pejabat Prancis yang dinominasikan
dalam birokrasi komisi Eropa, demikian sebaliknya. Jerman dan Prancis
juga bersama-sama memveto pusat komando NATO di Brussel, sewaktu AS
berencana menginvasi Irak.
Namun, kedua negara tersebut bersaing
habis-habisan dalam perdagangan, pariwisata dan pendidikan. Kita lihat
saja persaingan TGV versus DB, Peugeot versus Mercedes, Renault versus
BMW, Air France versus Lufthansa, dan Universitas Paris (Sorbonne dan
lainnya) versus Universitas Berlin (Humbolt dan Freie).
Hal ini menunjukkan, bahwa walau kedua negara menghindari 'zero sum game', namun mereka tetap bersaing dalam berbagai bidang.
Saran
saya, Apple dan Google mengambil model hubungan Jerman-Prancis sebagai
model hubungan mereka. Selama ini sudah dilakukan Apple dengan
Microsoft, dan sebenarnya dengan Samsung juga sudah dalam bidang
hardware.
Apple sebaiknya realistis mengakui bahwa aplikasi dan
jasa buatan Google masih pantas untuk digunakan pada platform mereka.
Sementara itu, Google dan Samsung juga harus terus menghasilkan inovasi
yang segar dalam gadget-gadget mereka, dan itu sudah mereka lakukan pada
desain terbaru. Inovasi-inovasi itu akan menghindarkan Google dan
kawan-kawan dari tuntutan pengadilan oleh Apple.
Mana yang Terbaik Bagi User?
Saya mengimbau kepada Apple, kubur jauh-jauh paradigma 'perang termonuklir' yang bernuansa 'zero sum game'.
Model 'persaingan asimetris' ala Jerman-Prancis jauh lebih realistis
untuk diterapkan. Google sendiri saya yakin selalu siap dengan model
hubungan seperti ini.
Dalam konteks ini, Tim Cook harus
menentukan sikap. Era Steve Jobs sudah berlalu, dan dia bebas menentukan
arah kebijakan manajemen Apple, yang bisa saja berbeda dari apa yang
sudah digariskan Jobs.
Pasca kemenangan Apple atas Samsung di
pengadilan AS, Tim Cook dan Larry Page sudah mengadakan pertemuan. Walau
tidak terlalu jelas apa saja kesepakatan antara kedua pihak, diharapkan
ke depannya akan ada pertemuan-pertemuan untuk hasilkan kesepakatan
produktif antara kedua pihak.
User akan jauh diuntungkan dengan sinergi seperti ini, karena akan lebih banyak fitur dan inovasi yang dapat digunakan. Dengan 'zero sum game',
user akan dirugikan karena inovasi akan berhenti sama sekali. Kalau
diteruskan, energi kedua perusahaan akan habis untuk kebencian yang
menghilangkan obyektifitas.
Saya yakin, banyak user gadget iOS
yang sangat menginginkan supaya tetap menggunakan aplikasi, jasa/layanan
Google. Sementara itu, banyak pemakai gadget Android, yang juga tetap
setia menggunakan laptop atau desktop MacOSX.
Mereka, para user
ini, berhak mendapatkan hal-hal terbaik dari Apple dan Google dengan
sinergi di antara keduanya. Persaingan ala 'Jerman-Prancis’ antara Apple
dan Google justru akan semakin menguntungkan user, karena akan semakin
banyak inovasi yang tumbuh dari situ.